Powered By Blogger

Senin, 07 Oktober 2013

Ahmad Thomson : Jika Yesus adalah Tuhan yang Disalib, Siapa yang Menghidupi Surga dan Dunia?

Dunia Islam

ahmedThomson
Ahmad Thomson



Pemilik nama kecil Martin Thomson ini dikenal sebagai pengacara terkemuka di Inggris. Ia juga mengetuai Wynne Chambers, badan hukum Islam yang didirikannya pada 1994.
Berislam 38 tahun lalu, Thomson meyakini cara terbaik mengamalkan ajaran Islam adalah memahami dan meneladani sumbernya, yakni Alquran dan Sunah Rasulullah SAW. “Seperti pepatah yang mengatakan bahwa semakin dekat kita pada sumber mata air, semakin murni air yang kita minum,” ujar pria kelahiran Afrika ini.
Dilahirkan di Rhodesia Utara (sekarang Zambia), Thomson menempuh pendidikan dasar serta menengahnya di Rhodesia Selatan (sekarang Zimbabwe). Masa awal hidupnya, ia lalui di daerah-daerah terpencil Afrika yang kala itu belum tersentuh peradaban modern, seperti listrik, gas, dan saluran air bersih.
Lahir dan besar di Afrika, Thomson muda merasa tidak puas pada ajaran Kristen. Ia mulai mempertanyakan banyak hal seperti, “Jika setiap manusia itu sama di hadapan Tuhan, lalu mengapa kaum Afrika kulit putih seperti dia harus beribadah di gereja yang berbeda dengan kaum kulit hitam?”
Pertanyaan lain yang kerap mengganggunya sebagai pemeluk Kristen adalah soal ketuhanan Yesus. “Jika Yesus adalah Tuhan, kepada siapa dahulu ia berdoa? Jika Yesus adalah Tuhan dan disalib, lalu siapa yang menghidupi surga dan dunia? Pertanyaan itu tak pernah terjawab selama aku memeluk ajaran Kristen,” ujar lulusan Exeter University, Inggris, ini.
Ketika berusia 12 tahun, Thomson sampai pada satu titik di mana ia memercayai Tuhan dan Yesus. “Hanya saja, aku tidak yakin pada gereja.” Terhenti pada berbagai pertanyaan itu, Thomson mulai membaca apa pun dan memikirkan kehidupan yang dijalaninya sejauh itu. Ia mengunjungi berbagai kelompok spiritual dan mencoba meditasi selama beberapa bulan. “Itu menenangkan, tapi sama sekali tak mengubah gaya hidupku.”
Hingga akhirnya, Thomson bertemu Syekh Abdalqadir as-Sufi (tokoh tarbiyah, penggagas Gerakan Dunia “Murabitun”). Pertemuan itu menjadi awal perkenalannya dengan Islam, agama yang tak pernah terpikirkan oleh Thomson sebelumnya.
Saat berbicara dengan Syekh Abdalqadir dan mendengarkan berbagai hal yang disampaikannya, Thomson merasa telah menemukan jalan menuju transformasi yang ia butuhkan. “Sejak itu, perlahan aku menemukan jawaban atas semua pertanyaan yang memenuhi otakku,” katanya. Thomson pun rutin mengunjungi pusat kajian Islam Syekh Abdalqadir. Ia juga membaca The Book of Stranger yang ditulis Sang Syekh.
Thomson mantap mengakhiri pencariannya pada 13 Agustus 1973. Ia pun mengikrarkan syahadat dan berhaji empat tahun kemudian. Sepulang haji, ia menyelesaikan pelatihannya sebagai pengacara. Lalu, pada 26 Juli 1979, ia dipanggil ke Pengadilan England & Wales dan mulai meniti karier di bidang advokasi dan hukum Islam.
Thomson pertama kali memperoleh perhatian publik pada 2001, saat tampil dalam sebuah film dokumenter berjudul My Name is Ahmed yang menyabet sebuah penghargaan. Ia pun tampil di film dokumenter lainnya, Prince Naseem’s Guide to Islam. Kedua film itu ditayangkan di BBC2 pada Agustus 2001. Setelah itu, wajahnya kerap mewarnai layar kaca dalam berbagai program, terutama program-program Islam.
Kini, hari-harinya diisi dengan aneka kegiatan keislaman, mulai dari memberikan ceramah rutin tentang Islam di berbagai wilayah di Inggris, menulis untuk Jurnal al-Kala, sampai menjadi kontributor tetap dalam konferensi lintas agama yang digelar setiap tahun di Masjid Regents Park dan Pusat Kebudayaan. Beberapa buku karyanya yang cukup menggemparkan dan sangat sulit dicari terjemahannya , buku yang membongkar apa dan bagaimana  konspirasi Yahudi di dunia ini yang berjudul , yaitu Dajjal the Anti Christ.  (Eramuslim)

Kolam Apung SAGULING



Usaha peternakan ikan air tawar menggunakan beberapa jaring berbentuk persegi da menggunakan Stereifom agar dapat mengapung di air Atau bambu sebaagi pijakan.

Saung tempat berteduh & istirahat.









marab lauk NILA & PATIN


keur lomba mancing.


Bang JEP Steeeekkkkk,,,,   

Rabu, 02 Oktober 2013

Patung PANCORAN

Pancoran berasal dari kata Pancuran(bhs Sunda). Di kawasan itu pada tahun 1670 dibangun semacam waduk atau aquada tempat penampungan air dari kali Ciliwung, yang dilengkapi dua buah pancuran itu mengucurkan air dari ketinggian kurang lebih 10 kaki.
Dari sana air diangkut dengan perahu oleh para penjaja yang menjajakannya disepanjang saluran – saluran (grachten) di kota. Dari tempat itu pula kelasi- kelasi biasa mengangkut air untuk kapal – kapal yang berlabuh agak jauh dilepas pantai, karena dipelabuhan Batavia kapal tidak dapat merapat. Karena banyaknya yang mengambil air dari sana, sering kali mereka harus antri berjam – jam. Tidak jarang kesempatan itu mereka manfaatkan untuk menjual barang – barang yang mereka selundupkan.
Dari penampungan di situ kemudian air disalurkan ke kawasan kastil melalui Pintu Besar Selatan. Rancangannya sudah dibuat pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Durven (1728 – 1732), tetapi dilaksanakan pada awal masa Van Imhoff berkuasa (1743 – 1750). Dengan demikian maka pengambilan air untuk keperluan kapal menjadi tidak terlalu jauh sampai melewati kota.
Dengan adanya saluran air dari kayu itu, maka di halaman Balikota (Stadhuis) dibuat pula air mancur. Sisa – sisa salurannya masih ditemukan pada tahun 1882, yang ternyata berbentuk balok kayu persegi empat yang dilubangi, disambung – sambung satu sama lain direkat dengan timah (De Haan 1935; 299 – 300).

       Monumen Patung Dirgantara atau lebih dikenal dengan nama Patung Pancoran adalah salah satu monumen patung yang terdapat di Jakarta. Letak monumen ini berada di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan. Tepat di depan kompleks perkantoran Wisma Aldiron Dirgantara yang dulunya merupakan Markas Besar TNI Angkatan Udara. Posisinya yang strategis karena merupakan pintu gerbang menuju Jakarta bagi para pendatang yang baru saja mendarat di Bandar Udara Halim Perdanakusuma.
Ide pertama pembuatan patung adalah dari Presiden Soekarno yang menghendaki agar dibuat sebuah patung mengenai dunia penerbangan Indonesia atau kedirgantaraan. Patung ini menggambarkan manusia angkasa, yang berarti menggambarkan semangat keberanian bangsa Indonesia untuk menjelajah angkasa
     
Edhi Sunarso
Patung ini dirancang oleh Edhi Sunarso sekitar tahun 1964 - 1965 dengan bantuan dari Keluarga Arca Yogyakarta. Sedangkan proses pengecorannya dilaksanakan oleh Pengecoran Patung Perunggu Artistik Dekoratif Yogyakarta pimpinan I Gardono. Berat patung yang terbuat dari perunggu ini mencapai 11 Ton. Sementara tinggi patung itu sendiri adalah 11 Meter, dan kaki patung mencapai 27 Meter. Proses pembangunannya dilakukan oleh PN Hutama Karya dengan Ir. Sutami sebagai arsitek pelaksana.
Pengerjaannya sempat mengalami keterlambatan karena peristiwa Gerakan 30 September PKI pada tahun 1965.
Rancangan patung ini berdasarkan atas permintaan Bung Karno untuk menampilkan keperkasaan bangsa Indonesia di bidang dirgantara. Penekanan dari desain patung tersebut berarti bahwa untuk mencapai keperkasaan, bangsa Indonesia mengandalkan sifat-sifat Jujur, Berani dan Bersemangat.
Proses pemasangan Patung Dirgantara sering ditunggui oleh Bung Karno, sehingga kehadirannya selalu merepotkan aparat negara yang bertugas menjaga keamanan sang kepala negara. Alat pemasangannya sederhana saja yaitu dengan menggunakan Derek tarikan tangan. Patung yang berat keseluruhannya 11 ton tersebut terbagi dalam potongan-potongan yang masing-masing beratnya 1 ton.
Pemasangan patung Dirgantara akhirnya dapat selesai pada akhir tahun 1966. Patung Dirgantara ditempatkan di lokasi ini karena strategis, merupakan pintu gerbang kawasan Jakarta Selatan dari Lapangan Terbang Halim Perdanakusumah selain itu dekat dengan (dahulu) Markas Besar Angkatan Udara Republik Indonesia.
Berkas:Pancoran-1960-an2.jpgKawasan Pancoran(Tempo Doeloe) pada tahun 1966
 http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Pancoran-1960-an2.jpg&filetimestamp=20120722030458&

MONAS Jakarta

Berkas:Merdeka Square Monas 02.jpg    

       Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden Sukarno, dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala. Monumen Nasional terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 - 15.00 WIB. Pada hari Senin pekan terakhir setiap bulannya ditutup untuk umum.

Sejarah

Setelah pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Jakarta setelah sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950 menyusul pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1949, Presiden Sukarno mulai memikirkan pembangunan sebuah monumen nasional yang setara dengan Menara Eiffel di lapangan tepat di depan Istana Merdeka. Pembangunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan mendatang.
Pada tanggal 17 Agustus 1954 sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara perancangan monumen nasional digelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada tahun 1960 tapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Sukarno. Akan tetapi Sukarno kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk lingga dan yoni. Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak merancang bangunan yang lebih kecil, dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik. Sukarno kemudian meminta arsitek R.M. Soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45, melambangkan 17 Agustus 1945 memulai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ke dalam rancangan monumen itu.[1][2][3] Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu ini diarsiteki oleh Friedrich Silaban dan R. M. Soedarsono, mulai dibangun 17 Agustus 1961.

Terdapat keunikan yang tidak terlihat secara eksplisit dari Monas. Tinggi pelataran cawan dari dasar adalah 17 meter, ruang museum sejarah 8 meter. Luas pelataran berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 45x45 m. Ukuran yang merupakan hari kemerdekaan Indonesia, 17-8-1945. Konon, lidah api Monas apabila dilihat dari arah Istana Negara, terlihat seperti seorang wanita. Unik!

Monas merupakan tempat yang tepat bagi Anda yang ingin lebih memahami sejarahnya maupun sekadar berwisata. Anda dapat masuk ke area cawan dengan membayar tiket Rp 5.000, dan Rp 10.000 untuk ke Puncak Monas. Untuk mahasiswa harga tiketnya Rp 3.000 ke cawan, Rp 5.000 ke puncak, dan Rp 2.000 untuk anak-anak.

Tidak hanya itu, di pelataran bawah Monas terdapat Museum Nasional. Di museum ini dipamerkan 51 diorama sejarah Indonesia dari zaman purbakala hingga zaman pembangunan. Ada juga Ruang Kemerdekaan yang menyiarkan rekaman suara Bung Karno setiap jamnya dengan salinan Teks Proklamasi. Terdapat juga peta Indonesia dan lambang burung garuda di tembok, serta kotak kaca tempat penyimpanan bendera Merah Putih pertama.

Halaman luar di sekeliling pelataran Monas terdiri dari 4 sisi yang dihiasi relief timbul sejarah Indonesia. Menampilkan masa kejayaan Nusantara dari zaman kerajaan, masa penjajahan Belanda, masa kemerdekaan sampai masa pembangunan. Apabila Anda memperhatikan, terdapat 5 patung pahlawan Indonesia yang tersebar di 4 sisi lapangan Monas.

Area Monas juga sangat menyenangkan sebagai tempat olahraga. Apabila ingin naik ke Monas, Anda dapat naik kendaraan kereta wisata yang disediakan oleh pihak Pemda DKI secara gratis dekat parkiran Timur. Terdapat juga pedagang kaki lima seperti pedagang kerak telor, sampai ondel-ondel dan penjaja jasa foto untuk foto bareng. Monas juga ramai event pada hari nasional atau weekend.

Yang ingin naik ke Monas, jam bukanya dari pukul 09.00 WIB hingga 16.00 WIB sore. Tapi, Anda dapat berkeliling di lapangan luar Monas kapan saja. Tertarik untuk berkunjung?


 Salah satu Diorama Pembacaan Texs Proklamasi yang dapat diliha di Museum Nasional.




Sejarah Singkat Kabupaten Garut

                                                    

Latar Belakang
 
Sejarah Kabupaten Garut berawal dari pembubaran Kabupaten Limbangan pada tahun 1811 oleh Daendels dengan alasan produksi kopi dari daerah Limbangan menurun hingga titik paling rendah nol dan bupatinya menolak perintah menanam nila (indigo). Pada tanggal 16 Pebruari 1813, Letnan Gubernur di Indonesia yang pada waktu itu dijabat oleh Raffles, telah mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembentukan kembali Kabupaten Limbangan yang beribu kota di Suci. Untuk sebuah Kota Kabupaten, keberadaan Suci dinilai tidak memenuhi persyaratan sebab daerah tersebut kawasannya cukup sempit.

Berkaitan dengan hal tersebut, Bupati Limbangan Adipati Adiwijaya (1813-1831) membentuk panitia untuk mencari tempat yang cocok bagi Ibu Kota Kabupaten. Pada awalnya, panitia menemukan Cimurah, sekitar 3 Km sebelah Timur Suci (Saat ini kampung tersebut dikenal dengan nama Kampung Pidayeuheun). Akan tetapi di tempat tersebut air bersih sulit diperoleh sehingga tidak tepat menjadi Ibu Kota. Selanjutnya panitia mencari lokasi ke arah Barat Suci, sekitar 5 Km dan mendapatkan tempat yang cocok untuk dijadikan Ibu Kota. Selain tanahnya subur, tempat tersebut memiliki mata air yang mengalir ke Sungai Cimanuk serta pemandangannya indah dikelilingi gunung, seperti Gunung Cikuray, Gunung Papandayan, Gunung Guntur, Gunung Galunggung, Gunung Talaga Bodas dan Gunung Karacak.

Saat ditemukan mata air berupa telaga kecil yang tertutup semak belukar berduri (Marantha), seorang panitia "kakarut" atau tergores tangannya sampai berdarah. Dalam rombongan panitia, turut pula seorang Eropa yang ikut membenahi atau "ngabaladah" tempat tersebut. Begitu melihat tangan salah seorang panitia tersebut berdarah, langsung bertanya : "Mengapa berdarah?" Orang yang tergores menjawab, tangannya kakarut. Orang Eropa atau Belanda tersebut menirukan kata kakarut dengan lidah yang tidak fasih sehingga sebutannya menjadi "gagarut".

Sejak saat itu, para pekerja dalam rombongan panitia menamai tanaman berduri dengan sebutan "Ki Garut" dan telaganya dinamai "Ci Garut". (Lokasi telaga ini sekarang ditempati oleh bangunan SLTPI, SLTPII, dan SLTP IV Garut). Dengan ditemukannya Ci Garut, daerah sekitar itu dikenal dengan nama Garut.. Cetusan nama Garut tersebut direstui oleh Bupati Kabupaten Limbangan Adipati Adiwijaya untuk dijadikan Ibu Kota Kabupaten Limbangan.

Pada tanggal 15 September 1813 dilakukan peletakkan batu pertama pembangunan sarana dan prasarana ibukota, seperti tempat tinggal, pendopo, kantor asisten residen, mesjid, dan alun-alun. Di depan pendopo, antara alun-alun dengan pendopo terdapat "Babancong" tempat Bupati beserta pejabat pemerintahan lainnya menyampaikan pidato di depan publik. Setelah tempat-tempat tadi selesai dibangun, Ibu Kota Kabupaten Limbangan pindah dari Suci ke Garut sekitar Tahun 1821. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal No: 60 tertanggal 7 Mei 1913, nama Kabupaten Limbangan diganti menjadi Kabupaten Garut dan beribu kota Garut pada tanggal 1 Juli 1913. Pada waktu itu, Bupati yang sedang menjabat adalah RAA Wiratanudatar (1871-1915). Kota Garut pada saat itu meliputi tiga desa, yakni Desa Kota Kulon, Desa Kota Wetan, dan Desa Margawati. Kabupaten Garut meliputi Distrik-distrik Garut, Bayongbong, Cibatu, Tarogong, Leles, Balubur Limbangan, Cikajang, Bungbulang dan Pameungpeuk.
Pada tahun 1915, RAA Wiratanudatar digantikan oleh keponakannya Adipati Suria Karta Legawa (1915-1929). Pada masa pemerintahannya tepatnya tanggal 14 Agustus 1925, berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal, Kabupaten Garut disahkan menjadi daerah pemerintahan yang berdiri sendiri (otonom). Wewenang yang bersifat otonom berhak dijalankan Kabupaten Garut dalam beberapa hal, yakni berhubungan dengan masalah pemeliharaan jalan-jalan, jembatan-jembatan, kebersihan, dan poliklinik. Selama periode 1930-1942, Bupati yang menjabat di Kabupaten Garut adalah Adipati Moh. Musa Suria Kartalegawa. Ia diangkat menjadi Bupati Kabupaten Garut pada tahun 1929 menggantikan ayahnya Adipati Suria Karta Legawa (1915-1929).


Perkembangan Fisik Kota

Sampai tahun 1960-an, perkembangan fisik Kota Garut dibagi menjadi tiga periode, yakni pertama (1813-1920) berkembang secara linear. Pada masa itu di Kota Garut banyak didirikan bangunan oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk kepentingan pemerintahan, berinvestasi dalam usaha perkebunan, penggalian sumber mineral dan objek wisata. Pembangunan pemukiman penduduk, terutama disekitar alun-alun dan memanjang ke arah Timur sepanjang jalan Societeit Straat.

Periode kedua (1920-1940), Kota Garut berkembang secara konsentris. Perubahan itu terjadi karena pada periode pertama diberikan proyek pelayanan bagi penduduk. Wajah tatakota mulai berubah dengan berdirinya beberapa fasilitas kota, seperti stasiun kereta api, kantor pos, apotek, sekolah, hotel, pertokoan (milik orang Cina, Jepang, India dan Eropa) serta pasar.
Periode ketiga (1940-1960-an), perkembangan Kota Garut cenderung mengikuti teori inti berganda. Perkembangan ini bisa dilihat pada zona-zona perdagangan, pendidikan, pemukiman dan pertumbuhan penduduk.

Keadaan Umum Kota 

Pada awal abad ke-20, Kota Garut mengacu pada pola masyarakat yang heterogen sebagai akibat arus urbanisasi. Keanekaragaman masyarakat dan pertumbuhan Kota Garut erat kaitannya dengan usaha-usaha perkebunan dan objek wisata di daerah Garut.
Orang Belanda yang berjasa dalam pembangunan perkebunan dan pertanian di daerah Garut adalah K.F Holle. Untuk mengenang jasa-jasanya, pemerintah Kolonial Belanda mengabadikan nama Holle menjadi sebuah jalan di Kota Garut, yakni jalan Holle (Jl.Mandalagiri) dan membuat patung setengah dada Holle di Alun-alun Garut.

Pembukaan perkebunan-perkebunan tersebut diikuti pula dengan pembangunan hotel-hotel pada Tahun 1917. Hotel-hotel tersebut merupakan tempat menginap dan hiburan bagi para pegawai perkebunan atau wisatawan yang datang dari luar negeri. Hotel-hotel di Kota Garut , yaitu Hotel Papandayan, Hotel Villa Dolce, Hotell Belvedere, dan Hotel Van Hengel.
Di luar Kota Garut terdapat Hotel Ngamplang di Cilawu, Hotel Cisurupan di Cisurupan, Hotel Melayu di Tarogong, Hotel Bagendit di Banyuresmi, Hotel Kamojang di Samarang dan Hotel Cilauteureun di Pameungpeuk. Berita tentang Indahnya Kota Garut tersebar ke seluruh dunia, yang menjadikan Kota Garut sebagai tempat pariwisata.

Penetapan Hari Jadi Garut

Sebagaimana sudah disepakati sejak awal, semua kalangan masyarakat Garut telah menerima bahwa hari jadi Garut bukan jatuh pada tanggal 17 Mei 1913 yaitu saat penggantian nama Kabupaten Limbangan menjadi Kabupaten Garut, tetapi pada saat kawasan kota Garut mulai dibuka dan dibangun sarana prasarana sebagai persiapan ibukota Kabupaten Limbangan. Oleh karena itu, mulai tahun 1963 Hari Jadi Garut diperingati setiap tanggal 15 September berdasarkan temuan Tim Pencari Fakta Sejarah yang mengacu tanggal 15 September 1813 tersebut pada tulisan yang tertera di jembatan Leuwidaun sebelum direnovasi. Namun keyakinan masyarakat terhadap dasar pengambilan hari jadi Garut pun berubah. Dalam PERDA Kabupaten Garut No. 30 Tahun 2011 tentang Hari Jadi Garut, dinyatakan bahwa Hari Jadi Garut dipandang lebih tepat pada tanggal 16 Februari 1813.

Penelusuran hari jadi Garut berpijak pada pertanyaan kapan pertama kali muncul istilah “Garut”. Seperti dijelaskan dalam Latar Belakang di atas, bahwa ungkapan itu muncul saat “ngabaladah” dalam mencari tempat untuk ibukota Kabupaten Limbangan yang diperintahkan R.A.A Adiwijaya sebagai Bupati yang dilantik pada tanggal 16 Februari 1813. Fakta tentang Jembatan Leuwidaun yang peletakkan batu pertamanya adalah tanggal 15 September 1918 juga tetap diperhitungkan. Dengan demikian, asal mula tercetus kata “Garut” adalah diyakini berada pada sebuah hari antara 16 Februari 1813 s.d. 15 September 1918.

.


 
alun-alun salah satu tempat perlombaan tradisional DOMBA GARUT.


Sabtu, 28 September 2013

Kualifikasi MotoGP Aragon

Pole Milik Marquez


Aragon - Marc Marquez akan mulai balapan MotoGP Aragon dari posisi terdepan setelah meraih pole position. Marquez tercepat di sesi kualifikasi dengan terpaut tipis dari rival terdekatnya Jorge Lorenzo.

Di Sirkuit Aragon, Sabtu (28/9/2013) malam WIB, pebalap Honda Repsol itu mencatatkan waktu 1 menit 47,804 detik sekaligus memperbaiki rekor lap yang dibukukan Casey Stoner pada 2011.

Lorenzo yang harus puas start di posisi kedua hanya terpaut 0,010 detik saja di belakang Marquez. Rekan setim Marquez, Dani Pedrosa, melengkapi baris terdepan dengan menempati posisi ketiga.

Di barisan kedua, pebalap Yamaha Valentino Rossi menempati posisi keempat di depan Stefan Bradl, Alvaro Bautista. Cal Crutchlow ada di posisi ketujuh diikuti Bradley Smith, Andrea Dovizioso dan Aleix Espargaro.


Hasil Lengkap Kualifikasi MotoGP Aragon
Pos-Pebalap-Tim-Waktu

Q2:
1. Marc Marquez ESP Repsol Honda Team (RC213V) 1m 47.804s
2. Jorge Lorenzo ESP Yamaha Factory Racing (YZR-M1) 1m 47.814s
3. Dani Pedrosa ESP Repsol Honda Team (RC213V) 1m 47.957s
4. Valentino Rossi ITA Yamaha Factory Racing (YZR-M1) 1m 47.962s
5. Stefan Bradl GER LCR Honda MotoGP (RC213V) 1m 48.128s
6. Alvaro Bautista ESP Go&Fun Honda Gresini (RC213V) 1m 48.302s
7. Cal Crutchlow GBR Monster Yamaha Tech 3 (YZR-M1) 1m 48.653s
8. Bradley Smith GBR Monster Yamaha Tech 3 (YZR-M1) 1m 48.854s
9. Andrea Dovizioso ITA Ducati Team (GP13) 1m 49.219s
10. Aleix Espargaro ESP Power Electronics Aspar (ART CRT) 1m 49.348s
11. Nicky Hayden USA Ducati Team (GP13) 1m 49.428s
12. Andrea Iannone ITA Energy T.I. Pramac Racing (GP13) 1m 50.094s

Jumat, 27 September 2013

Marquez Kuasai Latihan Bebas Kedua

Huzein Suryadi - Detik Sport


AFP/Javier Soriano
         AragonRider Honda Marc Marquez sukses menjadi yang tercepat di sesi latihan bebas kedua seri MotoGP Aragon. Stefan Bradl dan Dani Pedrosa melengkapi dominasi Honda di sesi itu.
Pada sesi free fractice II yang berlangsun di sgirkuit Motorland Aragon, Jumat (27/9/2013) malam WIB, Marquez menjadi yang melahap 17 lap, mencatatkan tercepat satu menit 48,987 detik.
Pebalap LCR Honda Bradl berada di posisi kedua setalah menorehkan waktu 0,132 detik lebih lambat. Pedrosa ada di tempat ketiga dengan catatan satu menit 49,254 detik.
Jorge Lorenzo yang menempati posisi pertama di sesi sebelumnya, turun ke posisi empat. Sementara Alvaro Bautista menempati posisi lima.
Berturut-turut menempati posisi 10 besar, Cal Crutchlow, Valentino Rossi, Andrea Dovizioso, dan Nicky Hayden.
Hasil Free Practice II MotoGP Aragon
No-Tim-Waktu
1. Marc Marquez Honda 1m48.987s
2. Stefan Bradl LCR Honda 1m49.119s +0.132s
3. Dani Pedrosa Honda 1m49.254s +0.267s
4. Jorge Lorenzo Yamaha 1m49.405s +0.418s
5. Alvaro Bautista Gresini Honda 1m49.763s +0.776s
6. Cal Crutchlow Tech 3 Yamaha 1m49.840s +0.853s
7. Valentino Rossi Yamaha 1m49.909s +0.922s
8. Andrea Dovizioso Ducati 1m50.034s +1.047s
9. Aleix Espargaro Aspar Aprilia 1m50.055s +1.068s
10. Nicky Hayden Ducati 1m50.446s +1.459s
11. Andrea Iannone Pramac Ducati 1m50.727s +1.740s
12. Hector Barbera Avintia FTR-Kawasaki 1m50.913s +1.926s
13. Bradley Smith Tech 3 Yamaha 1m50.944s +1.957s
14. Yonny Hernandez Pramac Ducati 1m51.345s +2.358s
15. Claudio Corti Forward FTR-Kawasaki 1m51.461s +2.474s
16. Randy de Puniet Aspar Aprilia 1m51.699s +2.712s
17. Colin Edwards Forward FTR-Kawasaki 1m52.020s +3.033s
18. Danilo Petrucci Ioda-Suter-BMW 1m52.121s +3.134s
19. Hiroshi Aoyama Avintia FTR-Kawasaki 1m52.227s +3.240s
20. Michael Laverty PBM-Aprilia 1m53.220s +4.233s
21. Luca Scassa Cardion Aprilia 1m53.338s +4.351s
22. Bryan Staring Gresini FTR-Honda 1m53.557s +4.570s
23. Lukas Pesek Ioda-Suter-BMW 1m54.793s +5.806s
24. Damien Cudlin PBM-Aprilia 1m55.343s +6.356s
(cas/a2s)

sumber : http://sport.detik.com/read/2013/09/27/202532/2371888/81/marquez-kuasai-latihan-bebas-kedua?s99220169