Powered By Blogger

Rabu, 02 Oktober 2013

MONAS Jakarta

Berkas:Merdeka Square Monas 02.jpg    

       Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden Sukarno, dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala. Monumen Nasional terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 - 15.00 WIB. Pada hari Senin pekan terakhir setiap bulannya ditutup untuk umum.

Sejarah

Setelah pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Jakarta setelah sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950 menyusul pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1949, Presiden Sukarno mulai memikirkan pembangunan sebuah monumen nasional yang setara dengan Menara Eiffel di lapangan tepat di depan Istana Merdeka. Pembangunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan mendatang.
Pada tanggal 17 Agustus 1954 sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara perancangan monumen nasional digelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada tahun 1960 tapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Sukarno. Akan tetapi Sukarno kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk lingga dan yoni. Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak merancang bangunan yang lebih kecil, dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik. Sukarno kemudian meminta arsitek R.M. Soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45, melambangkan 17 Agustus 1945 memulai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ke dalam rancangan monumen itu.[1][2][3] Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu ini diarsiteki oleh Friedrich Silaban dan R. M. Soedarsono, mulai dibangun 17 Agustus 1961.

Terdapat keunikan yang tidak terlihat secara eksplisit dari Monas. Tinggi pelataran cawan dari dasar adalah 17 meter, ruang museum sejarah 8 meter. Luas pelataran berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 45x45 m. Ukuran yang merupakan hari kemerdekaan Indonesia, 17-8-1945. Konon, lidah api Monas apabila dilihat dari arah Istana Negara, terlihat seperti seorang wanita. Unik!

Monas merupakan tempat yang tepat bagi Anda yang ingin lebih memahami sejarahnya maupun sekadar berwisata. Anda dapat masuk ke area cawan dengan membayar tiket Rp 5.000, dan Rp 10.000 untuk ke Puncak Monas. Untuk mahasiswa harga tiketnya Rp 3.000 ke cawan, Rp 5.000 ke puncak, dan Rp 2.000 untuk anak-anak.

Tidak hanya itu, di pelataran bawah Monas terdapat Museum Nasional. Di museum ini dipamerkan 51 diorama sejarah Indonesia dari zaman purbakala hingga zaman pembangunan. Ada juga Ruang Kemerdekaan yang menyiarkan rekaman suara Bung Karno setiap jamnya dengan salinan Teks Proklamasi. Terdapat juga peta Indonesia dan lambang burung garuda di tembok, serta kotak kaca tempat penyimpanan bendera Merah Putih pertama.

Halaman luar di sekeliling pelataran Monas terdiri dari 4 sisi yang dihiasi relief timbul sejarah Indonesia. Menampilkan masa kejayaan Nusantara dari zaman kerajaan, masa penjajahan Belanda, masa kemerdekaan sampai masa pembangunan. Apabila Anda memperhatikan, terdapat 5 patung pahlawan Indonesia yang tersebar di 4 sisi lapangan Monas.

Area Monas juga sangat menyenangkan sebagai tempat olahraga. Apabila ingin naik ke Monas, Anda dapat naik kendaraan kereta wisata yang disediakan oleh pihak Pemda DKI secara gratis dekat parkiran Timur. Terdapat juga pedagang kaki lima seperti pedagang kerak telor, sampai ondel-ondel dan penjaja jasa foto untuk foto bareng. Monas juga ramai event pada hari nasional atau weekend.

Yang ingin naik ke Monas, jam bukanya dari pukul 09.00 WIB hingga 16.00 WIB sore. Tapi, Anda dapat berkeliling di lapangan luar Monas kapan saja. Tertarik untuk berkunjung?


 Salah satu Diorama Pembacaan Texs Proklamasi yang dapat diliha di Museum Nasional.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar