JAKARTA, KOMPAS.com - Ujian Nasional (UN) dianggap
merampas hak guru sebagai pengajar dan penilai anak didiknya. Peran
seorang guru dalam mengajar dan memberikan penilaian tidak bisa
digantikan dengan dengan sebuah ujian, sebaik apapun bentuk ujian
tersebut.
Demikian disampaikan Sekjen Federasi Serikat Guru
Indonesia Retno Listyarti saat dihubungi Kompas.com di Jakarta, Jumat
(27/9/2013). "Ujian Nasional ini sudah merampas hak guru," tegas Retno
saat dimintai tanggapannya mengenai hasil Konvensi UN. Konvensi UN
meghasilkan keputusan bahwa UN akan tetap diselenggarakan.
Menurutnya,
yang paling mengetahui kualitas seorang siswa didik adalah guru yang
secara langsung mengajar mereka. Karenanya, yang berhak memberikan ujian
dan penilaian adalah masing-masing guru itu sendiri. "Jadi tidak bisa
guru digantikan dengan ujian," lanjut retno.
Retno juga menilai,
sebuah ujian hanya dapat menguji siswa didik dari segi kognitif atau
pengetahuannya. Ujian tidak bisa mengukur kemampuan murid dari segi
afektif atau perilaku. "Jadi UN ini tidak memberikan kualitas apapun
bagi pendidikan kita. Lihat saja pendidikan kita nggak pernah maju,"
kata Retno.
Retno bersama federasinya sempat mengikuti Konvensi
UN pada hari pertama penyelenggaraannya kemarin. Namun Retno dan
kawan-kawan kemudian melakukan aksi Walk Out karena menilai Konvensi
tersebut lebih membahas hal-hal yang bersifat teknis. Menurutnya,
konvensi itu juga lebih banyak menghadirkan pihak yang pro terhadap
penyelenggaraan UN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar